PONTIANAK—Prancis memang memegang banyak data tentang kandungan uranium Kalbar. Tak heran jika Amerika Serikat juga mengicar potensi tambang uranium di daerah ini.Menurut mantan Chief Le Sondage (Kepala Bidang Pengeboran) explorasi uranium Nanga Pinoh/Nanga Ella & Nanga Kalan di Commessariats L’Energi Le Anatomique (Badan Tenaga Atom Perancis), Sunarjo M BSc, Prancis waktu itu menggandeng BATAN saat melakukan penelitian.”Jika ada kerjasama di tingkat internasional mengenai itu saya tidak terlalu persis. Apakah ada hubunganya juga dengan AS dan Prancis dalam melakukan kerjasama,” katanya dihubungi Pontianak Post, Senin (8/2).
Menurut Sunarjo, eksplorasi telah dimulai pada dekade tahun 60-an. Kegiatannya merambah hingga Kapuas Hulu, Landak dan Sanggau. Sekitar tahun 70-an eksplorasi memasuki wilayah Nangga Pinoh. Hingga sekarang, sambungnya, eksplorasi uranium Kalbar belum melangkah ke tahap lanjutan. ”Yang jelas, untuk membuka tambang uranium tak bisa sembarangan. Bukan seperti tambang biasa. Debu kandungan uranium itu saja tak boleh keluar areal pertambangan. Dampak lingkungannya luar biasa,” katanya.Sunardjo mengatakan, bisa saja Indonesia kecolongan data mengenai potensi uranium Kalbar yang mungkin pada waktu itu banyak digelapkan pihak Prancis (CEA).
Kabar ketertarikan AS mengincar potensi tambang uranium di Kalimantan, termasuk Kalbar kini santer diperbincangkan. Itu dilakukan setelah Negeri Paman Sam gagal menekan Iran untuk mendapatkan sumber bahan nuklir tersebut.Seperti dikutip dari Jawa Pos News Network (JPNN), kabar itu diungkapkan Abdul Latif Abdul Hamid, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kuala Kapuas, Kalteng, yang mengikuti seminar tentang teknologi, termasuk pembahasan masalah uranium di Jakarta.Sebenarnya seminar membahas persoalan khusus teknologi. Tapi, narasumber dari Iran dan Turki sempat mengungkapkan permasalahan itu kepada peserta seminar.
Kabar ketertarikan AS mengincar potensi tambang uranium di Kalimantan, termasuk Kalbar kini santer diperbincangkan. Itu dilakukan setelah Negeri Paman Sam gagal menekan Iran untuk mendapatkan sumber bahan nuklir tersebut.Seperti dikutip dari Jawa Pos News Network (JPNN), kabar itu diungkapkan Abdul Latif Abdul Hamid, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kuala Kapuas, Kalteng, yang mengikuti seminar tentang teknologi, termasuk pembahasan masalah uranium di Jakarta.Sebenarnya seminar membahas persoalan khusus teknologi. Tapi, narasumber dari Iran dan Turki sempat mengungkapkan permasalahan itu kepada peserta seminar.
Pernyataan mengenai rencana AS menguasai Kalimantan itu bukan materi pokok seminar, namun menjadi sangat menarik. Latif mengungkapkan, narasumber mendukung pernyataan tersebut dengan data intelijen yang bersumber dari foto satelit. Dalam seminar terungkap bahwa kandungan uranium di bumi Borneo, termasuk Kalimantan Timur dan Kalbar, lebih tinggi dibanding kandungan uranium lain yang ditemukan di dunia. Potensi uranium ditemukan di wilayah pedalaman Kutai Barat, Kutai Kartanegara, serta di beberapa wilayah di Kaltim.
Sebelumnya Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda) Kalimantan Barat Fathan A Rasyid kepada wartawan menyatakan bahwa cadangan uranium Kalbar bisa digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir selama 150 tahun.Diperkirakan, Kalbar memiliki 25 ribu ton uranium yang tersebar di sekitar Kabupaten Melawi. Jika PLTN menjadi solusi, setidaknya, Kalbar memiliki kapasitas listrik berkapasitas 1.000 mega watt untuk mengatasi krisis listrik di provinsi itu. Saat ini pengembangan PLTN di Kalbar masuk tahap studi kelayakan. Potensi uranium Kalbar juga pernah dilirik India untuk mengeksploitasinya. Karena uranium termasuk bahan tambang yang strategis, maka memerlukan Peraturan Presiden (Perpres) sebagai petunjuk pelaksana pengelolaan izin eksploitasi uranium.(zan)
0 komentar:
Post a Comment